Pengaruh Pengalaman Kerja Pengawas Pada Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern


Pengaruh Pengalaman Kerja Pengawas Pada Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern.
Untuk dapat tetap bersaing dengan koperasi ataupun lembaga keuangan lain, koperasi dituntut untuk melakukan usahanya secara efektif dan efisien. Semakin banyaknya jenis usaha yang dijalankan oleh sebuah koperasi akan meningkatkan komplektisitas aktivitas yang ada di dalamnya, sehingga penerapan suatu pengendalian intern yang memadai dalam koperasi tersebut mutlak diperlukan dimana bertujuan untuk pengendalian semua prosedur dan kebijakan yang ada dalam koperasi tersebut dan juga agar anggota organisasi melaksanakan apa yang telah ditetapkan oleh pihak pengurus.
Efektivitas suatu pengendalian intern ini sangat diperlukan untuk memperoleh informasi yang memadai bahwa semua prosedur dan kebijakan koperasi telah dilaksanakan dengan baik. Struktur pengendalian intern pada koperasi merupakan suatu aktivitas yang dilaksanakan oleh pengawas koperasi karena pengawas merupakan perangkat organisasi yang mendapat kuasa dari Rapat Anggota untuk mengawasi pelaksanaan keputusan Rapat Anggota yang khususnya menyangkut organisasi, kelembagaan, pendidikan, serta penyuluhan, tugas lainnya adalah mengawasi dan melakukan pemerikasaan terhadap suatu kebijakan yang telah disepakati oleh pengurus termasuk menilai efektivitas prosedur tersebut dan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dari suatu kebijakan yang telah ditetapkan dan dijalankan oleh pengurus.
Dalam pasal 38 Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian, pengawas dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota, pengawas bertanggungjawab kepada rapat anggota, persyaratan untuk dapat dipilih dan diangkat sebagai anggota pengawas ditetapkan dalam anggaran dasar. Salah satu faktor yang dapat mendorong dipatuhinya sistem pengendalian intern adalah pengawas koperasi yang memiliki pengalaman kerja, pengetahuan luas mengenai perkoperasian, kemampuan berkomunikasi, kemampuan bekerjasama dengan orang lain, mampu beradaptasi dengan situasi baru, mampu mengambil keputusan dan mampu menganalisis tugas. Pengawas koperasi yang memiliki pengalaman kerja akan mampu mendeteksi dengan baik gejala penyimpangan-penyimpangan yang bertentangan dengan sistem pengendalian intern yang dilakukan oleh pengurus
Pengalaman kerja pengawas sangat diperlukan dalam melakukan pemeriksaan intern. Pengalaman kerja akan meningkat seiring dengan semakin meningkatnya komplektisitas tugas yang dihadapi. Dalam pelaksanaan pekerjaanya, pengawas yang berpengalaman akan mampu bekerja dengan lebih teliti, mampu mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dengan cepat dan disiplin waktu. Dengan adanya hal demikian dalam pelaksanaan tugasnya yaitu  memeriksa seluruh aktivitas koperasi maka kualitas laporan yang dihasilkan akan semakin berkualitas sehingga dapat dijadikan acuan oleh pengurus koperasi dalam memperbaiki prosedur dan kebijakan yang dinilai kurang efektif sehingga kedepannya tercipta suatu pengendalian intern yang lebih efektif dari sebelumnya. Selain itu seorang pengawas koperasi harus memiliki sikap independen, yakni bersikap secara objektiv atau tidak memihak dan tidak memasukkan kepentingan pribadi dalam mempertimbangkan fakta yang terjadi di dalam koperasi. Seorang pengawas harus mengetahui dengan jelas tugasnya sebagai pemeriksa, dimana bertujuan untuk melakukan penilaian dan bersedia tetap patuh pada prinsip dan dapat mengatasi keadaan yang mengarah pada hilangnya objektivitas pengawas tersebut.
Libby (1999) dalam Koroy (2005:917) menyatakan bahwa pengalaman kerja pengawas internal koperasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektifitas penerapan struktur pengendalian intern koperasi terlihat pada semakin berpengalaman seorang pengawas internal koperasi maka semakin mampu dia menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin kompleks, termasuk dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap penerapan struktur pengendalian intern. Pengalaman kerja pengawas internal koperasi sangat diperlukan dalam melakukan pemeriksaan intern. Pengalaman kerja akan meningkat seiring dengan semakin meningkatnya komplektisitas tugas yang dihadapi. Oleh karena itu pengawas dalam pelaksanaan tugasnya yaitu  memeriksa seluruh aktivitas koperasi maka kualitas laporan yang dihasilkan akan semakin berkualitas sehingga dapat dijadikan acuan oleh pengurus koperasi dalam memperbaiki prosedur dan kebijakan yang dinilai kurang efektif sehingga kedepannya tercipta suatu pengendalian intern yang lebih efektif dari sebelumnya.
Untuk dapat mewujudkan efektifitas struktur pengendalian intern koperasi, selain memiliki pengalaman kerja lebih di bandingkan pengurus koperasi, seorang pengawas interal koperasi juga hendaknya memiliki sikap independensi yakni bersikap secara objektif atau tidak memihak dan tidak memasukkan kepentingan pribadi dalam mempertimbangkan fakta yang terjadi di dalam koperasi. Selain itu pengalaman kerja seorang pengawas koperasi hendaknya terus ditingkatkan, karena pengalaman kerja seorang pengawas berpengaruh terhadap semakin meningkatnya kualitas laporan yang dihasilkan oleh koperasi, sehingga penerapan Struktur Pengendalian Intern koperasi tidak melemah dan lebih efektif. Kinerja sebuah koperasi tidak akan berjalan lancer, apabila di dalamnya hanya dibutuhkan pengalaman kerja pengawas saja, melainkan pengurus juga ikut memegang peranan penting. Seorang pengurus koperasi hendaknya lebih memerhatikan disiplin kerja dan waktu dalam pelaksanaan tugas sehingga dapat mengurangi atau pun menghindari penyimpangan-penyimpangan yang akan terjadi akibat dari keteledoran pengurus, sehingga mempermudah pengawas internal koperasi dalam mengawasi dan memeriksa aktivitas intern koperasi.

PENGARUH PARIWISATA TERHADAP BUDAYA LOKAL, KEPRIBADIAN, LINGKUNGAN BISNIS, DAN KEWIRAHUSAHAAN


BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pengaruh pariwisata terhadap sosial budaya masyarakat Bali dapat dilihat dari berbagai kreativitas seni yang dilakukan oleh masyarakat, sistem organisasi kemasyarakatan yang dijalankan. Dari unsur seni budaya, pariwisata dapat mendorong masyarakat untuk menghidupkan kembali seni kebudayan asli yang sudah hampir terlupakan, dapat menggairahkan perkembangan kebudayaan asli, serta dapat menumbuhkan kreativitas seni masyarakat yang dapat memperkaya kasanah budaya Bali. Khusus mengenai eksistensi seni budaya yang merupakan hasil karya masyarakat Bali asli yang belum dipengaruhi budaya asing (luar) yang sering diidentifikasikan sebagai budaya tradisional yang mencerminkan identitas warna lokal (budaya lokal)
Selain itu Pariwisata seringkali dipersepsikan sebagai mesin penggerak ekonomi atau penghasil devisa bagi pembangunan ekonomi di suatu Negara, tanpa terkecuali di Indonesia. Namun demikian pada kenyataannya, pariwisata memiliki spektrum fundamental pembangunan yang lebih luas bagi suatu negara. Seiring dengan hal tersebut, menurut IUOTO (International Union of Official Travel Organization) yang dikutip oleh Spillane (1993), pariwisata mestinya dikembangkan oleh setiap negara karena delapan alasan utama seperti berikut ini: (1)Pariwisata sebagai faktor pemicu bagi perkembangan ekonomi nasional maupun international. (2)Pemicu kemakmuran melalui perkembangan komunikasi, transportasi, akomodasi, jasa-jasa pelayanan lainnya. (3)Perhatian khusus terhadap pelestarian budaya, nilai-nilai sosial agar bernilai ekonomi. (4)Pemerataan kesejahtraan yang diakibatkan oleh adanya konsumsi wisatawan pada sebuah destinnasi. (5)Penghasil devisa. (6)Pemicu perdagangan international. (7)Pemicu pertumbuhan dan perkembangan lembaga pendidikan profesi pariwisata maupun lembaga yang khusus yang membentuk jiwa hospitality yang handal dan santun, dan (8)Pangsa pasar bagi produk lokal sehingga aneka-ragam produk terus berkembang, seiring dinamika sosial ekonomi pada daerah suatu destinasi.
Dunia pariwisata adalah suatu kondisi yang tak dapat ditolak keberadaannya karena selalu melekat pada manusia. Seringkali timbul pandangan yang amat dangkal terhadap dunia pariwisata. Pariwisata dianggap identik dengan penghamburan uang demi suatu tujuan yang tidak berguna. Ada lagi yang secara negatif melihat pariwisata sebagai bagian dari budaya hura-hura. Untuk hidup yang lebih baik, manusia hanya perlu keseriusan dan terus serius menghadapi kehidupan. Namun sebagai sesuatu yang tak tersangkalkan dari eksistensi manusia dan dunia, kita perlu terutama melihat fungsi dan tujuan positif dari pariwisata bagi manusia. Tentu saja segala sesuatu ada baik dan buruknya, namun bagi manusia yang perlu ditinjau adalah aspek positif sambil meredam dan mengurangi sisi negatif dari sebuah fenomena seperti pariwisata.
Seiring dengan persepsi pariwisata adalah penggerak ekonomi atau penghasil devisa bagi pembangunan ekonomi di suatu Negara, bahkan ikut menggerakkan perekonomian propinsi berdekatan melalui permintaan produkproduk kebutuhan masyarakat Bali dan wisatawan yang diproduksikan di propinsi tersebut. Usaha kecil sektor pariwisata adalah usaha-usaha kecil pada setiap sektor yang mendukung langsung kegiatan kepariwisataan atau perjalanan wisatawan, yaitu: (1) sector restoran, rumah makan dan warung, (2) hotel non bintang, angkutan wisatwa, (4) travel biro, (5) money changer, (6) atraksi budaya dan hiburan lainnya, dan (7) jasa perorangan, rumah tangga lainnya dan pramuwisata
            Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas kajian artikel ini mencoba membahas pengaruh pariwisata terhadap budaya lokal, lingkungan bisnis, kepribadian, dan kewirausahaan.

BAB II
PEMBAHASAN

Pengaruh Pariwisata Terhadap Budaya Lokal
Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu (Spillane,1987:21).
Dalam teori evolusionisme multilinier mengemukan bahwa proses perkembangan berbagai kebudayaan itu memperlihatkan adanya beberapa proses perkembangan yang sejajar. Kesejajaran itu terutama nampak pada unsur yang primer sedangkan unsur kebudayaan yang sekunder tidak nampak perkembangan yang sejajar dan hanya nampak perkembangan yang khas. Proses perkembanan yang tampak sejajar mengenai beberapa unsur kebudayaan primer disebabkan oleh karena lingkungan tertentu memaksa terjadinya perkembangan ke arah tertentu.
Perkembangan pariwisata berpengaruh positif dan signifikan terhadap budaya lokal, dimana terlihat pada pariwisata dapat memacu motivasi kreativitas seni para pematung untuk berkarya lebih inovatif dan lebih variatif sesuai dengan kebutuhan pariwisata dan meningkatnya persaingan bisnis, Dapat mengetahui budaya dari berbagai negara terutama melalui berbagai pesanan karya seni selain yang di hasilkan oleh masyarakat lokal. Dan berpengaruh negatif, yang terlihat pada maysyarakat yang dulunya hidup sederhana menjadi pola hidup konsumtif, di mana masyarakatnya hampir semua menerapkan pola hidup mewah dan pola hidup instan dalam mengejar prestise, dan berkurangnya sifat kebersamaan karena adanya pengaruh budaya barat terutama tuntutan dari pengerjaan kerajinan modern yang lebih bersifat individual tidak seperti dalam pengerjaan kerajinan tradisional yang lebih bersifat komunal atau secara berkelompok.





Implementasi
Desa Singapadu adalah salah satu daerang wisata, yang sebagian besar penduduknya merupakan pengrajin patung, dimana lama kelamaan perkembangan pariwisata di daerah tersebut berpengaruh terhadap budaya lokal masyarakat. Dampak positifnya misalkan, dapat memacu motivasi kreativitas seni para pematung untuk berkarya lebih inovatif dan lebih variatif sesuai dengan kebutuhan pariwisata dan meningkatnya persaingan bisnis, dan dapat mengetahui budaya dari berbagai negara terutama melalui berbagai pesanan karya seni di luar karya seni patung tradisional yang dikerjakan oleh pematung seperti membuat bentuk-bentuk karya seni abstrak yang berupa patung dari batu padas dan batu putih. Dan dampak negatifnya terhadap budaya lokal adalah munculnya budaya (pola hidup) konsumtif, atau terjadinya perubahan pola hidup dari pola hidup sederhana menjadi pola hidup konsumtif, di mana masyarakatnya hampir semua menerapkan pola hidup mewah dan pola hidup instan dalam mengejar prestise. berkurangnya sifat kebersamaan karena adanya pengaruh budaya barat terutama tuntutan dari pengerjaan patung modern yang lebih bersifat individual tidak seperti dalam pengerjaan patung tradisional yang lebih bersifat komunal atau secara berkelompok.

Pengaruh Pariwisata Terhadap Kepribadian
Kegiatan berwisata pertama-tama dipandang sebagai salah satu bentuk pemanfaatan waktu luang. Pemanfaatan waktu luang ini ditujukan untuk menyegarkan dan memantapkan kesehatan jiwa raga. Tenggelam dalam aktivitas dapat membuat manusia jenuh dan kurang menikmati indahnya hidup. Saat semua orang berlomba-lomba untuk lebih sibuk dengan karir, hidup akan terasa membosankan, mekanistis dan pada akhirnya berdampak pada kesehatan jiwa-raga. Orang akan mudah stres dan tertekan, dan ini punya kaitan erat dengan baik atau buruknya jiwa seseorang. Kegiatan berwisata merupakan salah satu solusi yang ditawarkan untuk mengisi hidup bukan hanya dengan hal-hal yang serius tapi juga dengan selingan-selingan yang menjaga kesehatan dan keutuhan jiwa-raga.
Oleh karena dapat disimpulkan bahwa perkembangan pariwisata berpengaruh signifikan terhadap kepribadian wisatawan, hal ini tercermin dengan melalui kegiatan wisata setiap orang dimungkinkan untuk menjalin hubungan yang lebih luas. Relasi antar manusia tidak hanya terbatas pada satu wilayah saja. Dunia wisata membuka peluang bagi manusia untuk saling mengenal dan belajar. Dalam dunia yang semakin modern dan kompleks ini, egoisme menjadi gejala yang tak terelakkan. Dunia pariwisata membuka kemungkinan bagi pendobrakan egoisme manusia modern. Dalam berwisata manusia dapat belajar untuk terbuka terhadap orang lain dan saling mengakui perbedaan dan keunikan masing-masing pribadi.

Implementasi
Sebelum melakukan wisata, para wisatwan hanya mencintai dan membangga kan daerahnya sendiri, namun setelah melakukan pariwisata memungkinkan para wisatawan tersebut juga akan mencintai daerah tujuan wisatanya.

Pengaruh Pariwisata Terhadap Lingkungan Bisnis
Lingkungan ekonomi atau bisnis, berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan psikologis berupa: sandang, pangan, papan, dan kebutuhan mewah serta berkaitan dengan kebutuhan yang bersifat intrinsik yaitu: kepuasan, kesenangan, kedamaian. Dengan adanya kedua kebutuhan tersebut, dalam industri pariwisata yang memiliki kekuatan bisnis mampu mengendalikan para seniman, para pemilik kios-kios seni, dan para pekerja d bidang pariwisata lainnya untuk membuat gebrakan baru sesuai dengan kebutuhan pasar. Disatu sisi pesanan/orderan wisatawan sangat dibutuhkan karena memiliki potensi menghasilkan pendapatan untuk menopang kebutuhan hidup. Dalam posisi tidak berdaya para pelaku pariwisata menjadi sangat bergantung pada wisatawan dan mau mengerjakan apa saja yang menjadi kebutuhan pasar yang dikehendaki wisatawan.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa, perkembangan pariwisata berepengaruh signifikan terhadap lingkungan bisnis masyarakat yang berada di sekitar objek wisata, terlihat pada dapat menyediakan lapangan kerja baik secara sektoral maupun secara menyeluruh bagi daerah pariwisata. Dengan semakin berkembangnya pariwisata di suatu daerah, maka hal itu sejalan bertambahnya lapangan kerja di bidang bisnis pariwisata di daerah tersebut.


Implementasi
Dengan berkembangnya pariwisata di suatu daerah, maka demikian halnya dengan berkembangnya lingkungan bisnis di daerah tersebut. Misalkan, dewasa ini banyaknya masyarakat di daerah tersebut menjadi pemandu wisata. Sehingga akan meningkatkan taraf hidup masyarakat daerah pariwisata tersebut.

Pengaruh Pariwisata Terhadap Kewirausahaan
Usaha kecil pariwisata dan wirausaha di bidang pariwisata memiliki peran strategis dan potensial untuk dikembangkan serta berperan sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, usaha-usaha kecil sektor pariwisata ini sebaiknya terus dikembangkan dan dibina, baik melalui bantuan permodalan, pelatihan manajemen, maupun bantuan akses pasar, sehingga semakin berdaya dan profesional.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pariwisata berpengaruh signifikan terhadap kewirausahaan, terlehat pada pengembangan usaha kecil pada sektor pariwisata, misalnya ‘hotel non bintang’, ‘restoran, rumah dan warung’ namun harus mengacu pada Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) Bali atau Kabupaten dan Pemerintah Propinsi atau Kabupaten harus terus-menerus melakukan pengawasan dan menegakkan hukum tanpa pandang bulu. Jika pengembangannya melanggar RUTR dan tidak ada sanksi terhadap pelanggarnya, maka cepat atau lambat akan menjadi bumerang bagi perkembangan kepariwisataan Bali ke depan.

Implementasi
Era globalisasi saat ini, banyak bermunculan restoran, kios-kios, maupun penginapan sebagai investasi masyarakat di bidang pariwisata. demikian hanlnya seiring dengan banyak bermunculan wirausaha di bidang pariwisata, misalnya maraknya pembangunan kios-kios pribadi di dekat tempat pariwisata.





Kaitan Antara Pengaruh Pariwisata Terhadap Budaya Lokal, Kepribadian, Lingkungan Bisnis, dan Kewirausahaan.
Perkembangan pariwisata tidak menampik kemungkinan akan mempengaruhi budaya lokal masyarakat, kepribadian wisatawan pada khususnya, perkembangan lingkungan bisnis dan membangkitkan jiwa kewirausahaan masyarakat di daerah wisata.
            Wisatawan melakukan sebuah wisata untuk sekedar menghibur diri, atau pun melihat kehindahan daerah wisata yang dituju. Hal ini akan membuka peluang wisatwan untuk saling mengenal daerah tujuan dan belar untuk mencintai kebudayaan berserta alam daerah tujuan wisata. Dalam berwisata manusia dapat belajar untuk terbuka terhadap orang lain dan saling mengakui perbedaan dan keunikan masing-masing pribadi.
Lain halnya dengan daerah tujuan wisata, kedatangan wisatawan ataupun perkembangan pariwisata dapat mempengaruhi budaya lokal daerah tujuan wisata. Misalnya, pariwisata dapat memacu motivasi kreativitas seni para pematung untuk berkarya lebih inovatif dan lebih variatif sesuai dengan kebutuhan pariwisata dan meningkatnya persaingan bisnis, Dapat mengetahui budaya dari berbagai negara terutama melalui berbagai pesanan karya seni selain yang di hasilkan oleh masyarakat lokal. Dan berpengaruh negatif, yang terlihat pada masyarakat yang dulunya hidup sederhana menjadi pola hidup konsumtif, di mana masyarakatnya hampir semua menerapkan pola hidup mewah dan pola hidup instan dalam mengejar prestise, dan berkurangnya sifat kebersamaan karena adanya pengaruh budaya barat terutama tuntutan dari pengerjaan kerajinan modern yang lebih bersifat individual tidak seperti dalam pengerjaan kerajinan tradisional yang lebih bersifat komunal atau secara berkelompok.
Selain dapat mempengaruhi budaya local serta kepribadian wisatawan pada khusunya, pariwisata juga dapat mempengaruhi berkembangnya kewirausahaan yang sejalan dengan berkembangnya lingkungan bisnis masyarakat daerah tujuan wisata. Dengan berkembangnya pariwisata di suatu daerah, maka akan meningkatkan munculnya jiwa kewirausahaan di daerah tersebut, misalkan membuka kios-kios atau pun menjadi pemandu wisata. Hal ini sejalan meningkatkan pertumbuhan lingkungan bisnis, dan pada akhirnya akan meningkatkan taraf hidup masyarakat daerah tujuan wisata tersebut.